TEMPO.CO - Kapan tepatnya Yesus Kristus lahir? Berlawanan dengan kepercayaan populer, Alkitab tidak benar-benar menyebutkan tanggal tertentu untuk kelahiran Yesus. Berikut fakta tentang Hari Natal yang tak semua orang tahu, seperti dimuat di majalah Time versi online:
Lahir di Musim Semi
Pada kenyataannya, sebagian besar sejarawan percaya bahwa Yesus mungkin lahir pada musim semi, berdasar penjelasan Alkitab tentang gembala menggiring hewan ternak. Namun pada abad ke-4, ketika Gereja Katolik memutuskan untuk mengakui kelahiran Yesus sebagai hari libur resmi, Paus Julius I memilih 25 Desember untuk Pesta Kelahiran Yesus. Bahwa tanggal itu ditetapkan bertepatan dengan festival pagan yang dikenal sebagai Saturnalia murni kebetulan.
Lagu Natal awali gencatan senjata
Lima bulan ke dalam Perang Dunia I, pasukan di garis depan beristirahat untuk merayakan Natal dan mulai menyanyikan lagu-lagu satu sama lain di medan perang. Keesokan harinya, tentara Jerman muncul dari parit dan mulai mendekati pasukan Sekutu sambil menyanyikan "Merry Christmas" dalam bahasa Inggris. Untungnya, itu bukan trik, puluhan pejuang Inggris keluar untuk menyambut mereka dan berjabat tangan, beberapa rokok bahkan dipertukarkan sebagai hadiah. Kejadian ini kemudian dijuluki sebagai Gencatan Senjata Natal tahun 1914.
Semula dianggaop tak penting di AS
Dari 1659-1681, menampilkan semangat Natal di Boston bisa didenda sebanyak lima shilling. Merayakan Natal dianggap ilegal. Natal begitu tidak penting di Amerika setelah Perang Revolusi. Kongres tidak perlu repot-repot mengambil hari libur untuk merayakan Natal, memutuskan sebaliknya untuk mengadakan sidang pertama pada Hari Natal, 1789. Butuh waktu hampir satu abad bagi Kongres untuk menyatakan Natal sebagai hari libur federal.
Sinterklas baru populer tahun 1819
Penulis Horseman Headless, Washington Irving, lah yang menciptakan citra ikonik dari Santa terbang bersama kawanan rusa. Pada tahun 1819 seri cerita pendek The Sketch Book of Geoffrey Crayon menggambarkan sebuah mimpi di mana St Nicholas melambung di langit dalam gerobak ringan. Cerita-cerita itu menjadi begitu populer, menghasilkan kebangkitan Natal ala Amerika, dan bahkan Charles Dickens dikatakan terinspirasi karya Irving untuk melahirkan dongeng klasiknya, A Christmas Carol.
Natal di angkasa
Pada tahun 1965 dua astronot dalam perjalanan mereka kembali ke orbit, mereka berada dalam satu spot di angkasa yang tidak bisa diidentifikasi. Kepanikan mereka disuarakan melalui radio Mission Control. Setelah beberapa menit keheningan yang tegang, insinyur di Cape Canaveral mulai mendengar suara samar lonceng giring diikuti dengan lagu "Jingle Bells" melalui harmonika, yang dimainkan oleh dua astronot yang panik. Misi berhasil dan selamat mendarat, mereka kemudian menyumbangkan harmonika dan lonceng ke National Museum of Space & Aeronautics di Washington, yang masih terpajang hingga kini.
Pohon Natal pertama populer di Jerman
Bahkan sebelum kedatangan agama Kristen, orang Jerman biasa menghiasi pohon cemara untuk mencerahkan hari-hari gelap yang suram selama musim dingin yang panjang. Di AS, pohon Natal pertama muncul di Strasbourg pada abad ke-17 dan menyebar ke Pennsylvania tahun 1820-an, berbarengan dengan kedatangan imigran Jerman. Ketika Ratu Victoria menikahi Pangeran Albert dari Jerman pada tahun 1840, ia membawa tradisi itu ke Inggris. Delapan tahun kemudian, surat kabar Amerika pertama memuat gambar pohon Natal kerajaan, dan Amerika di luar Pennsylvania dengan cepat mengikutinya.
Tradisi Natal berbeda di tiap negara
Tradisi Natal bervariasi dari budaya ke budaya. Warga Finlandia biasanya mengunjungi sauna pada malam Natal, sementara warga Portugis mengadakan pesta pada hari Natal untuk mereka yang hidup dan yang mati. Di Yunani, tradisi bertukar hadiah berlangsung sampai 1 Januari, Hari St Basil. Sebagian besar warga Australia dan Selandia Baru menikmati Natal di pantai atau sambil menggelar pesta barbekyu. Di Spanyol, Natal juga menandai dibukanya undian lotere terbesar di dunia.